Manhaj

Mengapa Belajar Tauhid?

Bismillah.

Diantara perkara yang mungkin banyak dilalaikan oleh manusia adalah kebutuhan untuk belajar agama dan secara khusus ilmu tauhid. Padahal ilmu tauhid adalah ilmu mengenai tujuan hidup. Tanpa tauhid maka manusia akan tenggelam dalam berbagai kerusakan dan kesia-siaan.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56). Beribadah kepada Allah adalah dengan mentauhidkan-Nya. Menujukan segala bentuk ibadah lahir dan batin untuk Allah semata dan meninggalkan segala bentuk sesembahan dan tandingan selain-Nya.

Apabila kita melihat sejarah. Maka dakwah tauhid inilah materi utama dari ajakan dan pelajaran yang disampaikan oleh para rasul. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nahl : 36)

Setiap rasul menyerukan kalimat tauhid laa ilaha illallah. Tiada yang berhak disembah selain Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Kami mengutus sebelum kamu seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya; bahwa tidak ada ilah/sesembahan -yang benar- selain Aku, maka sembahlah Aku.” (al-Anbiyaa’ : 25)

Ucapan laa ilaha illallah merupakan cabang keimanan yang paling utama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman terdiri dari tujuh puluh lebih cabang. Yang paling tinggi/paling utama ialah ucapan laa ilaha illallah, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kalimat tauhid merupakan syarat untuk masuk ke dalam surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka atas orang yang mengucapkan laa ilaha illallah dengan ikhlas mengharapkan wajah Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak cukup kalimat tauhid ini apabila hanya dalam bentuk ucapan lisan tanpa keikhlasan dan keyakinan serta pengamalan terhadap konsekuensinya. Oleh sebab itu orang-orang munafik ditetapkan kekal di dalam neraka bahkan berada di kerak neraka yang paling bawah, walaupun lisannya mengucapkan dua kalimat syahadat. Hal itu disebabkan ucapan lisan ini tidak disertai dengan amalan hati dan ketundukan terhadap kandungan makna dan tuntutannya secara lahir dan batin.

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah iman itu hanya dengan berangan-angan atau memperindah penampilan. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang bersemayam di dalam hati dan dibuktikan dengan amal-amal perbuatan.”

Para ulama juga menjelaskan bahwa hakikat Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan bertauhid, tunduk kepada-Nya dengan penuh ketaatan, dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya. Sehingga tidak ada islam tanpa tauhid, dan tidak ada iman tanpa amalan.

Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah berkata, “Bahwa ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah kecuali apabila bersama dengan tauhid, sebagaimana halnya sholat tidak dinamakan sebagai sholat kecuali apabila disertai dengan thaharah/bersuci…”

Manusia lebih membutuhkan tauhid daripada kebutuhan mereka kepada makanan dan minuman, bahkan melebihi kebutuhan mereka kepada air dan udara. Karena tauhid inilah yang menjadi sebab kehidupan hati dan kunci kebahagiaan di dunia dan di akhirat…

Allah berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri imannya dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang diberi keamanan, dan mereka itulah orang-orang yang selalu diberi petunjuk.” (al-An’am : 82)

Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau perempuan dalam keadaan beriman, maka benar-benar Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan benar-benar Kami akan memberikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa-apa yang telah mereka lakukan.” (an-Nahl : 97)

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *