Dalih Pelaku Syirik

Bismillah.

Salah satu alasan yang sering dikemukakan oleh para pelaku syirik adalah bahwa mereka menujukan ibadah kepada selain Allah ialah dalam rangka mencari syafaat untuk mereka di sisi Allah.

Hal ini telah diterangkan dengan gamblang di dalam al-Qur’an.

Allah berfirman dalam surat Yunus ayat 18 :

وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللَّهِ ۚ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Mereka (orang-orang musyrik) itu beribadah kepada selain Allah -padahal ia tidak bisa mendatangkan bahaya ataupun manfaat bagi mereka- seraya mereka mengatakan/beralasan ‘Mereka ini adalah pemberi syafaat bagi kami di sisi Allah’. Katakanlah ‘Apakah kalian hendak memberitakan kepada Allah dengan sesuatu yang tidak diketahui-Nya -di langit maupun di bumi-, Mahasuci Dia dan Mahatinggi dari apa-apa yang mereka persekutukan.”

Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah menafsirkan :

يعني: أنهم كانوا يعبدونها رجاء شفاعتها عند الله

“Maksudnya; mereka itu biasa beribadah kepada mereka -sesembahan selain Allah- dengan harapan untuk bisa mendapatkan syafaatnya di sisi Allah.” (Tafsir ath-Thabari, sumber : http://quran.ksu.edu.sa/tafseer/tabary/sura10-aya18.html)

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan :

وقد يغلط بعض الناس لجهله فيسمى دعوة الأموات والاستغاثة بهم وسيلة، ويظنها جائزة

وهذا غلط عظيم؛ لأن هذا العمل من أعظم الشرك بالله،

وإن سماه بعض الجهلة أو المشركين وسيلة

“Sebagian orang keliru akibat kebodohannya sehingga menamai perbuatan berdoa kepada orang yang sudah mati dan memohon bantuan keselamatan kepada mereka sebagai wasilah/perantara. Mereka pun menganggap bahwa hal itu boleh-boleh saja. Padahal ini adalah kekeliruan yang sangat besar. Karena perbuatan ini termasuk sebesar-besar syirik kepada Allah; walaupun sebagian orang yang bodoh atau kaum musyrik menyebutnya sebagai wasilah.”

وهو دين المشركين الذي ذمهم الله عليه وعابهم به،

وأرسل الرسل وأنزل الكتب لإنكاره والتحذير منه،

وأما الوسيلة المذكورة في قول الله

 : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ [المائدة:35]

فالمراد بها التقرب إليه سبحانه بطاعته،

وهذا هو معناها عند أهل العلم جميعا

“Dan pada hakikatnya seperti inilah agama yang dianut oleh kaum musyrikin yang dicela oleh Allah, sebuah ajaran yang diingkari dan diperingatkan oleh para rasul dan diterangkan di dalam kitab-kitab suci.

Adapun makna ‘wasilah’ yang disebutkan dalam firman Allah (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah untuk menuju kepada-Nya.” (al-Ma-idah : 35), yang dimaksud dengan wasilah di sini adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan ketaatan kepada-Nya, Inilah makna yang dimaksud oleh ayat menurut para ulama semuanya.”

Sumber : https://binbaz.org.sa/fatwas

Dari sini kita mengetahui bahwa perbuatan sebagian orang yang berdoa dan beristighotsah kepada selain Allah berupa jin atau orang yang sudah meninggal atau orang yang gho’ib/tidak hadir -dan tidak terhubung secara langsung dengan sarana telekomunikasi- adalah termasuk syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari agama Islam. Walaupun mereka beralasan bahwa itu dalam rangka mencari syafaat atau mencari wasilah kepada wali atau orang salih.

Syaikh Faishal al-Jasim hafizhahullah menyebutkan 3 keadaan dimana berdoa kepada selain Allah itu dihukumi termasuk perbuatan syirik :

Pertama; apabila dia berdoa/meminta kepada makhluk sesuatu yang tidak dikuasai kecuali oleh Allah seperti memberi petunjuk ke dalam hati, mengampuni dosa, memberikan keturunan, menurunkan hujan, dsb.

Kedua; apabila dia berdoa kepada orang yang sudah meninggal dan meminta kepadanya.

Ketiga; apabila dia berdoa kepada orang yang ghoib/tidak hadir dan tidak berhubungan dengannya dengan sarana telekomunikasi. Karena tidak ada yang bisa meliputi semua suara kecuali Allah, tidak ada yang bisa membebaskan dari kesulitan dari jarak jauh kecuali Allah; karena hanya Allah yang mampu mendengar semua suara darimana pun datangnya.

(lihat penjelasan beliau dalam Tajrid at-Tauhid min Daranisy Syirki, hal. 24-26)

Demikian sedikit catatan yang bisa kami sajikan -dengan taufik dari Allah semata- semoga bermanfaat bagi kita untuk menjauhkan diri dari syirik dan kekafiran. Wallahul musta’aan.

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *