Mutiara Hikmah

Untaian Hikmah Imam Ahmad bin Hanbal

Egypt

[1] Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah mengatakan, “Umat manusia jauh lebih membutuhkan ilmu daripada kebutuhan mereka terhadap makanan dan minuman; sebab makanan dan minuman diperlukan dalam sehari sekali atau dua kali. Adapun ilmu, ia dibutuhkan sepanjang waktu.” (lihat al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 91)

[2] Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah mengatakan, “Pokok-pokok Sunnah menurut kami adalah berpegang teguh dengan ajaran Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, berusaha meneladani mereka, dan meninggalkan bid’ah-bid’ah.” (lihat Da’a’im Minhaj Nubuwwah, hal. 47-48)

[3] al-Marudzi mengatakan: Aku pernah bertanya kepada Ahmad bin Hanbal, “Bagaimana keadaanmu pagi ini?”. Beliau menjawab, “Bagaimanakah keadaan seorang hamba yang Rabbnya menuntutnya menunaikan kewajiban-kewajiban. Nabinya juga menuntut dirinya untuk mengerjakan Sunnah. Begitu pula, dua malaikat menuntutnya memperbaiki amalan. Sementara hawa nafsu menuntut dirinya untuk memperturutkan kemauannya. Iblis mengajaknya untuk melakukan berbagai perbuatan keji. Malaikat maut juga menunggu-nunggu untuk mencabut nyawanya. Di sisi lain, anak dan istrinya pun menuntut untuk diberikan nafkah?!” (lihat Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf, hal. 19)

[4] al-Maimuni rahimahullah berkata: Ahmad bin Hanbal pernah berpesan kepadaku, “Wahai Abul Hasan! Berhati-hatilah kamu, jangan sampai engkau berbicara dalam suatu masalah yang engkau tidak memiliki imam dalam hal itu.” (lihat Manaqib al-Imam Ahmad oleh Imam Ibnul Jauzi rahimahullah, hal. 245)

[5] Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Barangsiapa meninggalkan sholat maka sungguh dia telah kafir. Tidak ada suatu perkara amal yang ditinggalkan menjadikan kafir kecuali sholat. Orang yang meninggalkannya adalah kafir…” (lihat ‘Aqa’id A’immah as-Salaf, hal. 26)

[6] Suatu ketika Imam Ahmad berkata kepada muridnya setelah mendengar pujian orang kepada dirinya, “Wahai Abu Bakr, apabila seorang telah mengenal dirinya maka tidaklah bermanfaat baginya ucapan orang.” (lihat Ma’alim fi Thariq Thalab al-‘Ilmi, hal. 22)

[7] Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Termasuk Sunnah [pokok agama] adalah menyebut-nyebut kebaikan seluruh para Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, menahan diri dari perselisihan yang timbul diantara mereka. Barangsiapa yang mencela para Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau salah seorang diantara mereka maka dia adalah seorang tukang bid’ah pengikut paham Rafidhah/Syi’ah. Mencintai mereka -para Sahabat- adalah Sunnah. Mendoakan kebaikan untuk mereka adalah ibadah. Meneladani mereka adalah sarana -beragama- dan mengambil atsar/riwayat mereka adalah sebuah keutamaan/kebaikan.” (lihat Qathful Jana ad-Daani, hal. 162)

[8] Abdullah -putra Imam Ahmad bin Hanbal- pernah mendengar ada yang bertanya kepada ayahnya mengenai paham Murji’ah, maka beliau pun menjawab, “Adapun kami -Ahlus Sunnah- mengatakan bahwa iman itu ucapan dan amalan, ia bisa bertambah dan berkurang. Apabila seorang berzina dan meminum khamr maka berkurang/cacatlah iman orang tersebut.” (lihat as-Sunnah [1/307])

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *