AqidahTafsirTauhid

Untaian Faidah Surat Al-Fatihah

image00

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, berikut ini kami sajikan ringkasan penjelasan Syaikh Utsaimin rahimahullah mengenai faidah-faidah yang terkandung dalam surat Al-Fatihah.

Dalam ayat ‘alhamdulillahi Rabbil ‘alamin’ terkandung faidah :

[1] Pujian kepada Allah.
[2] Kesempurnaan sifat-sifat Allah
[3] Kesempurnaan nikmat-nikmat-Nya kepada segenap hamba
[4] Penetapan uluhiyah/sifat ketuhanan pada diri Allah, hanya Allah sesembahan yang haq
[5] Pujian yang mutlak dan sempurna hanya layak diberikan kepada Allah
[6] Penetapan rububiyah Allah. Rabb ialah yang mencipta, menguasai, dan mengatur
[7] Dalil bahwa seluruh alam sangat membutuhkan kepada Allah
[8] Malaikat, para rasul, dan wali tidak memiliki hak dalam mengatur dan mencipta alam
[9] Tidak boleh berdoa dan memohon keselamatan kepada selain Allah
[10] Dalil bahwa alam semesta ini adalah sesuatu yang baru dan sebelumnya tidak ada
[11] Seluruh alam adalah tanda/bukti yang menunjukkan keberadaan Allah
[12] Penetapan tauhid uluhiyah; hanya Allah yang berhak disembah
[13] Iman kepada takdir Allah

Dalam ayat ‘arrahmanirrahiim’ terkandung faidah :

[1] Penetapan sifat rahmat pada diri Allah
[2] Dalil yang menunjukkan keluasan rahmat Allah
[3] Allah menyampaikan rahmat-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya
[4] Rahmat Allah ada yang diberikan kepada semua orang dan ada yang khusus bagi kaum beriman
[5] Bantahan bagi orang yang mengingkari sifat rahmat pada diri Allah
[6] Penetapan tauhid asma’ wa shifat

Dalam ayat ‘maaliki yaumid diin’ terkandung faidah :

[1] Penetapan hari pembalasan
[2] Kekuasaan Allah pada hari kiamat akan tempak dengan jelas bagi seluruh manusia
[3] Pada hari kiamat tiada lagi raja yang berkuasa selain Allah
[4] Iman kepada hari akhir
[5] Penetapan adanya balasan dan hisab atas amal
[6] Targhib/motivasi untuk beramal salih dan tarhib/peringatan dari melakukan keburukan
[7] Kesempurnaan hikmah Allah dengan adanya hari pembalasan atas amal umat manusia
[8] Kesempurnaan keadilan Allah

Dalam ayat ‘iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in’ terkandung faidah :

[1] Perendahan diri kepada Allah dengan penuh kecintaan dan pengagungan
[2] Kebutuhan manusia untuk beribadah dan memohon pertolongan Allah
[3] Mengikhlaskan/memurnikan ibadah kepada Allah semata
[4] Terkandung makna dari kalimat laa ilaha illallah
[5] Wajibnya mengikuti syari’at rasul
[6] Ibadah hanya akan diterima jika bersih dari kesyirikan
[7] Memohon pertolongan semata-mata kepada Allah
[8] Menghadirkan perasaan memohon pertolongan kepada Allah di saat beribadah
[9] Tiga hal yang dibutuhkan dalam ibadah; ikhlas, mutaba’ah, dan isti’anah
[10] Ibadah adalah hak Allah dan pertolongan adalah bagian untuk hamba
[11] Boleh meminta pertolongan kepada orang dalam hal yang dikuasai manusia
[12] Berbicara dengan mengubah metode pembicaraan lebih menggugah kesadaran
[13] Persatuan umat dalam hal ibadah dan memohon pertolongan kepada Allah
[14] Kesetaraan imam dan makmum dalam menghamba kepada Allah
[15] Selalu memohon pertolongan kepada Allah dalam urusan sekecil apapun
[16] Hendaklah mengucapkan insya Allah ketika berencana untuk melakukan sesuatu

Dalam ayat ‘ihdinash shirathal mustaqim’ terkandung faidah :

[1] Hidayah terbagi dua; hidayah berupa ilmu dan hidayah berupa taufik
[2] Berdoa kepada Allah meminta petunjuk jalan yang lurus
[3] Setiap insan selalu membutuhkan Allah, oleh sebab itu tidak layak untuk merasa ujub
[4] Hidayah perlu dicari bukan hanya ditunggu dengan berdiam diri
[5] Agama islam ini luas dan bisa menampung siapa pun yang ingin bergabung di dalamnya
[6] Islam adalah agama yang menyeluruh dan lengkap mengatur segala sisi kehidupan
[7] Bantahan pandangan bahwa Islam hanya mengatur hubungan hamba dengan Allah
[8] Islam mengatur muamalah antar sesama, buktinya ayat terpanjang membahas tentang hutang
[9] Islam juga mengatur bagaimana sikap manusia terhadap binatang
[10] Selain jalan yang lurus ada jalan-jalan lain yang tidak lurus dan menyimpang
[11] Agama Islam adalah agama yang sempurna dan tidak mengandung penyimpangan
[12] Kesempurnaan hikmah Allah dengan menetapkan jalan yang lurus ini
[13] Tiada pemberi hidayah yang sejati kecuali Allah

Dalam ayat ‘shirathalladziina an’amta ‘alaihim’ terkandung faidah :

[1] Orang yang diberi nikmat itu mencakup; para nabi, shiddiqin, syuhada’ dan orang-orang salih
[2] Allah berikan nikmat kepada mereka dengan tunduk kepada syari’at-Nya
[3] Perlu mengkaji sejarah perjalanan hidup orang-orang yang diberi nikmat
[4] Anjuran untuk mengetahui sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
[5] Nikmat agama jauh lebib agung daripada nikmat keduniaan
[6] Orang yang meniti jalan yang lurus maka dia sedang berada di dalam kenikmatan
[7] Allah lah yang berjasa dan memberikan nikmat atas hamba-hamba-Nya
[8] Hendaknya memuji Allah atas segala amal salih yang telah kita lakukan
[9] Iman kepada para malaikat, karena para rasul -orang yang diberi nikmat- mendapatkan wahyu dari Allah dengan perantara para malaikat

Dalam ayat ‘ghairil maghdhubi ‘alaihim wa ladh dhaalliin’ terkandung faidah :

[1] Orang yang dimurkai adalah yang mengetahui kebenaran tapi tidak mau mengikutinya
[2] Orang yang sesat adalah yang tidak mengetahui kebenaran sehingga menyimpang
[3] Yahudi imamnya kaum yang dimurkai dan Nasrani imamnya kaum yang tersesat
[4] Manusia ada tiga macam; orang yang diberi ilmu dan amal, orang yang diberi ilmu saja tanpa amal, dan orang yang tidak diberi ilmu sehingga tidak bisa beramal dengan benar
[5] Besarnya dosa orang yang berilmu tetapi tidak diamalkan, karena Allah murka kepadanya
[6] Perlunya kita mengetahui kisah perjalanan hidup orang-orang yang dimurkai
[7] Wajibnya berlepas diri dari jalan orang-orang yang dimurkai dan tersesat
[8] Larangan bertasyabbuh dengan kebiasaan orang-orang kafir
[9] Wajibnya memusuhi dan membenci orang-orang yang dimurkai dan tersesat
[10] Kedua kelompok itu -baik yang dimurkai atau yang tersesat- adalah sama-sama buruk
[11] Kewajiban menimba ilmu agar terbebas dari kebodohan
[12] Kewajiban menunaikan amal dan ibadah agar tidak termasuk kelompok yang dimurkai
[13] Orang yang mengetahui kebenaran tapi tidak mengikutinya lebih jelek keadaannya daripada orang yang tidak mengetahui kebenaran sama sekali
[14] Kewajiban untuk menerapkan ilmu yang telah dimiliki
[15] Kita wajib membenci dan murka kepada orang-orang yang dimurkai oleh Allah
[16] Kehinaan pada diri orang-orang yang dimurkai
[17] Penetapan sifat marah/murka pada diri Allah
[18] Kemurkaan Allah memberikan konsekuensi adanya hukuman dari-Nya
[19] Sesat adalah sifat tercela sedangkan berilmu adalah sifat kesempurnaan
[20] Ilmu yang layak mendapatkan pujian secara mutlak adalah ilmu syari’at
[21] Orang yang tidak tahu tidak layak untuk diberikan hukuman
[22] Akan tetapi jika orang itu malas sehingga tidak tahu maka dia dihukum karena kemalasannya

Kesimpulan :

Surat Al-Fatihah adalah induk dan pembuka Al-Qur’an. Di dalamnya telah tekandung macam-macam tauhid, isyarat mengenai syari’at-syari’at, isyarat mengenai para rasul, malaikat, dan hari akhir. Demikian pula ia telah menggambarkan berbagai macam kelompok umat manusia. Semua makna dalam Al-Qur’an telah terangkum di dalam surat ini.

Al-Fatihah telah menyimpan semua syari’at, baik yang berkaitan dengan ucapan, perbuatan maupun keyakinan. Baik hal itu yang berkaitan dengan sesuatu yang dituntut untuk diwujudkan atau sesuatu yang harus dijauhi. Dan untuk itu semua setiap insan selalu membutuhkan pertolongan Allah. Intinya surat ini adalah surat yang sangat penting dan banyak mengandung faidah.

Meskipun demikian tidak selayaknya untuk membaca surat ini dalam setiap kesempatan/acara dalam rangka mencari berkah darinya; karena perbuatan semacam ini tidak dituntunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun mengobati orang yang sakit dengan membaca surat ini maka hal itu adalah sesuatu yang diperbolehkan dalam syari’at.

Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmush shalihaat.

Sumber : Ahkam min Al-Qur’an Al-Karim oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, hal. 11 – 50. Penerbit : Dar Thawiq li Nasyr wa Tauzi’

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *