ManhajNasehatPenyucian Jiwa

Tanda-Tanda Kebahagiaan

Bismillah.

Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam menetapi kesabaran.” (al-’Ashr : 1-3)

Allah berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri imannya dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang diberikan keamanan, dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (al-An’am : 82)

Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang yang apabila disebutkan nama Allah takutlah hatinya, apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah imannya, dan mereka bertawakal hanya kepada Rabbnya.” (al-Anfal : 2-3)

Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau perempuan dalam keadaan beriman niscaya Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan benar-benar Kami akan memberikan balasan untuk mereka dengan pahala yang jauh lebih baik daripada apa-apa yang telah mereka kerjakan.” (an-Nahl : 97)

Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)

Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123)

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata -menafsirkan ayat tersebut-, “Allah memberikan jaminan kepada siapa saja yang mau membaca al-Qur’an dan mengamalkan ajaran yang ada di dalamnya; bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Manusia jauh lebih banyak membutuhkan ilmu daripada kebutuhan mereka kepada makanan dan minuman. Makanan dan minuman dibutuhkan dalam sehari sekali atau dua kali. Adapun ilmu dibutuhkan sebanyak hembusan nafas.”

Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, “Orang yang berilmu tetap berada dalam status kebodohan selama dia belum beramal dengan ilmunya. Apabila dia telah mengamalkan ilmunya barulah dia disebut sebagai orang yang benar-benar ‘alim.”

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata, “Bukanlah ilmu itu dengan semata-mata memperbanyak riwayat. Akan tetapi hakikat ilmu -yang bermanfaat- adalah -yang membuahkan- rasa takut kepada Allah.”

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Setiap orang yang senantiasa merasa takut kepada Allah maka dia lah orang yang ‘alim.”

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Seorang mukmin memadukan antara berbuat baik dan merasa takut, sedangkan orang kafir memadukan antara berbuat buruk dan merasa aman.”

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah iman itu semata-mata sesuatu yang diperoleh dengan berangan-angan atau memperbagus penampilan. Akan tetapi hakikat iman itu adalah apa-apa yang tertanam di dalam hati dan dibuktikan dengan amal.”

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *