Bismillah.
Diantara anugerah besar yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya adalah kepahaman dalam hal agama. Tentu saja pemahaman manusia terhadap agama ini berbeda-beda dan bertingkat-tingkat. Pemahaman yang terpuji adalah ilmu yang membuahkan amal dan ketakwaan, bukan sekedar wawasan ataupun hafalan.
Ilmu akidah merupakan ilmu yang sangat penting dan paling mendasar bagi seorang muslim. Terkhusus bagi para penimba ilmu ada banyak risalah yang disusun oleh para ulama untuk mengenali kaidah-kaidah dalam ilmu akidah dan tauhid ini secara lebih mendalam. Walaupun risalah atau kitab-kitab itu juga ditujukan bagi kaum muslimin secara umum, tetapi bagi penimba ilmu ia lebih ditekankan.
Diantaranya adalah kitab atau risalah Ushul Tsalatsah yang membahas tentang jawaban terhadap 3 pertanyaan kubur; siapa Robbmu, siapa nabimu, dan apa agamamu. Risalah ini singkat tetapi sarat dengan pelajaran pokok dalam akidah Islam. Ia ditulis oleh seorang ulama besar pembaharu Islam; Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah.
Pada bagian awal risalah ini penulis menjelaskan tentang 4 kewajiban mendasar yang semestinya dimiliki oleh setiap muslim; yaitu berilmu, beramal, berdakwah dan sabar. Keempat perkara ini merupakan faidah yang terkandung di dalam surat al-‘Ashr. Surat al-‘Ashr ini apabila kita renungkan dengan cermat dengan melihat penjelasan para ulama tafsir niscaya akan memberikan faidah besar bagi kehidupan manusia…
Ada banyak sekali pelajaran indah dan fundamental di dalam risalah Ushul Tsalatsah itu. Oleh sebab itu para ulama kita di masa ini banyak yang membahasnya di dalam majelis ilmu di berbagai tempat secara berulang-ulang; karena begitu penting dan banyaknya faidah yang tersimpan di dalamnya.
Diantara ulama yang telah menyusun kitab syarah/penjelas terhadapnya adalah Syaikh Abdurrahman bin Qasim an-Najdi rahimahullah dalam kitabnya Hasyiyah Tsalatsatul Ushul, begitu pula Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah, dan para ulama yang lain banyak sekali.
Diantara metode yang sangat indah ditempuh oleh para ulama dalam menyampaikan risalah ini adalah dengan fokus membaca pada matan/isi risalahnya terlebih dulu. Ini adalah metode yang sangat bermanfaat dan lebih mudah diikuti oleh umumnya kaum muslimin. Sehingga lebih menghemat waktu dan lebih sederhana.
Adapun bagi pembelajar yang sudah pernah mempelajari matannya maka ia bisa naik ke jenjang berikutnya dengan membaca kitab-kitab syarah para ulama bersama guru yang menjelaskan makna dan faidahnya. Tentu metode semacam ini akan lebih efektif apabila peserta telah terlebih dahulu mengenal ilmu kaidah bahasa arab dan memiliki kemampuan dasar untuk membaca kitab ulama yang berbahasa arab/bukan kitab terjemah.
Risalah Ushul Tsalatsah atau Tsalatsatul Ushul ini cukup ringkas, walaupun ada risalah lain yang lebih ringkas semacam Qawa’id Arba’ atau Nawaqidhul Islam. Akan tetapi dari sisi beban materi maka kedua kitab yang disebut terakhir lebih berat karena sudah membahas bantahan bagi penyimpangan. Oleh sebab itu para ulama lebih menyarankan untuk mempelajari terlebih dulu Tsalatsatul Ushul dan Kitab Tauhid sebelum membahas materi pembatal Islam atau bantahan atas syubhat dalam perkara tauhid semacam kitab Kasyfu Syubuhat.
Kitab Kasyfu Syubuhat itu sendiri kurang lebih bisa dikatakan sebagai bentuk pendalaman dan perincian bagi kitab al-Qawa’id al-Arba’ dalam hal bantahan bagi berbagai bentuk syubhat yang dilontarkan oleh pembela syirik. Tidak dipungkiri bahwa pada bagian awal kitab al-Qawa’id al-Arba’ terdapat mukadimah dalam hal tazkiyatun nafs dan dasar-dasar aqidah yang juga sangat bermanfaat bagi umumnya kaum muslimin.
Pada masa-masa dimana banyak kaum muslimin yang jauh dari majelis ilmu dan derasnya fitnah maka alangkah indah apabila kita juga berusaha untuk meniru jalan para ulama rabbani dalam memahamkan ilmu akidah ini kepada kaum muslimin. Belajar secara bertahap dan memprioritaskan apa yang lebih mudah dipahami dalam hal tauhid dan akidah kepada kaum muslimin secara umum.
Mudah-mudahan sedikit catatan ini bermanfaat bagi kami dan para penimba ilmu. Wallahu a’lam.
Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com