Bismillah. Wa bihi nasta’iinu.

Salah satu keutamaan tauhid yang sangat dibutuhkan oleh setiap insan adalah bahwa tauhid merupakan sebab utama datangnya ampunan dari Allah. Hal ini telah ditunjukkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah di dalam Kitab Tauhid ketika membawakan sebuah hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu.

Anas berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai anak Adam, seandainya kamu datang kepadaku dengan dosa sepenuh bumi kemudian kamu berjumpa dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan dengan-Ku sesuatu apapun pasti Aku akan mendatangkan kepadamu ampunan sepenuh itu pula.”.” (HR. Tirmidzi dan beliau menilai hadits ini berderajat hasan)

Di dalam hadits qudsi ini Allah memberitakan kepada kita bahwa barangsiapa yang meninggal dalam keadaan memurnikan tauhidnya kepada Allah serta meninggalkan segala macam syirik niscaya Allah akan memberikan ampunan kepadanya meskipun dosanya sepenuh bumi atau hampir sepenuh bumi (lihat al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 43)

Meninggal dalam keadaan bersih dari segala bentuk perbuatan syirik -apakah itu syirik besar atau kecil, banyak atau sedikit- adalah sebuah syarat yang tidak ringan. Tidak ada yang bisa terbebas dari syirik kecuali orang yang diselamatkan oleh Allah (lihat ad-Durr an-Nadhidh, hal. 33)

Hadits yang agung ini menunjukkan betapa luasnya kemurahan dan kedermawanan Allah serta banyaknya pahala tauhid dan bahwa ia merupakan sebab terhapusnya dosa-dosa. Dan yang dimaksud tauhid di sini adalah tauhid yang murni sehingga tidak terkotori oleh syirik sedikit pun (lihat Hasyiyah Kitab at-Tauhid, hal. 35)

Di dalam hadits ini juga terkandung pelajaran yang sangat penting yaitu menjadi dalil yang membantah pemahaman Khawarij yang mengkafirkan pelaku dosa besar yang berada di bawah tingkatan syirik (lihat al-Mulakhkhash fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 33)

Hadits ini menunjukkan bahwa kalimat laa ilaha illallah tidak cukup diucapkan dengan lisan. Akan tetapi ia harus diyakini dengan hati dan melakukan konsekuensinya yaitu meninggalkan berbagai bentuk syirik sedikit ataupun banyak. Sementara tidak akan bisa selamat dari syirik kecuali orang-orang yang benar-benar merealisasikan tauhidnya dan memenuhi syarat-syarat kalimat tauhid yaitu; mengetahui maksudnya, meyakininya, jujur dalam mengucapkannya, ikhlas, mencintai isinya, menerima dan patuh padanya dan mewujudkan hal-hal lain yang menjadi konsekuensi atasnya (lihat Qurratu ‘Uyun al-Muwahhidin, hal. 22)

Dari sinilah kita bisa mengetahui letak penting belajar tauhid. Karena tauhid adalah sebab utama untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa. Dan ini juga berarti bahwa tauhid adalah syarat utama untuk bisa masuk ke dalam surga. Namun, bukan berarti bahwa orang yang bertauhid boleh meremehkan dosa. Sebab dosa-dosa itu merupakan saluran-saluran yang akan mengantarkan manusia pada kekafiran dan kerusakan iman. Dengan demikian semakin orang memahami tauhid tentunya ia akan semakin mengagungkan Allah dan semakin takut akan hukuman-Nya. Ia akan menganggap dosa sebagai perkara besar yang bisa mencelakakan dirinya. Adapun orang yang meremehkan dosa maka itu menunjukkan bahwa tauhid di dalam dirinya masih lemah. Oleh sebab itu kita dapati manusia terbaik panutan kita shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling sering beristighfar kepada Allah karena beliau menganggap bahwa sekecil apapun kesalahan maka itu akan merusak penghambaannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala.


Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *