Bismillah.
Diantara kaidah yang cukup terkenal diantara para ulama adalah ungkapan at-takhliyah qobla at-tahliyah; artinya membersihkan sebelum menghiasi. Terkadang juga diungkapkan dengan kalimat tashfiyyah sebelum tarbiyyah. Pemurnian sebelum pembinaan…
Pada dasarnya ini merupakan kandungan dari kalimat tauhid laa ilaha illallah yang mencakup penolakan segala bentuk penghambaan kepada selain Allah (dan ini merupakan bentuk pembersihan atau permunian) dan disertai dengan menujukan segal;a bentuk ibadah kepada Allah (dan ini merupakan bentuk pembinaan dan tarbiyah bagi jiwa manusia).
Dari sini kita bisa memahami bahwa pendidikan dalam Islam tidak bisa dilepaskan dari tazkiyatun nafs/penyucian jiwa. Oleh sebab itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertugas mengajarkan kepada manusia al-Kitab dan as-Sunnah serta menyucikan jiwa-jiwa mereka. Sehingga tazkiyatun nafs merupakan bagian tidak terpisahkan dari tarbiyah Islam.
Sementara pokok utama dari segala bentuk tazkiyatun nafs adalah pemurnian ibadah kepada Allah alias tauhid. Oleh sebab itu Allah mengutus para rasul untuk mengajak kepada tauhid dan memberantas syirik. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nahl : 36)
Inilah manhaj dalam pendidikan Islam. Sehingga pembinaan akhlak dan tazkiyatun nafs tidak boleh dikesampingkan dalam membina generasi pejuang dakwah umat ini. Karena itu pula sering kita temukan dalam al-Qur’an perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua -yang ini merupakan salah satu bentuk akhlak yang paling utama- setelah perintah untuk mentauhidkan Allah. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits juga mengiringkan antara perintah bertakwa kepada Allah dan menghiasi diri dengan akhlak mulia kepada manusia.
Kita jumpai para ulama terdahulu pun menyusun kitab-kitab khusus tentang akhlak seperti Imam al-Ajurri rahimahullah dalam kitabnya Akhlaq al-‘Ulama’, begitu pula Imam al-Bukhari rahimahullah dengan kitabnya al-Adab al-Mufrad, begitu pula Imam an-Nawawi rahimahullah dengan kitabnya Riyadhush Sholihin. Bahkan meramu pembahasan akhlak dan tazkiyatun nafs dalam pembinaan aqidah dan manhaj juga telah dilakukan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah seperti dalam kitabnya Ighotsatul Lahfan, al-Wabil ash-Shoyyib, dan yang lainnya. Begitu pula yang dilakukan oleh Ibnu Rajab rahimahullah dalam karya-karyanya.
Dalam dunia pendidikan Islam kita tidak hanya butuh kecerdasan atau kekuatan hafalan. Akan tetapi kita juga membutuhkan kebersihan hati dan kesucian jiwa. Oleh sebab itu diantara kritikan tajam para ulama Ahlus Sunnah terhadap para ulama ahlul kalam adalah karena mereka u’thuu dzakaa’an wa laa u’thuu zakaa’an; mereka diberi kehebatan dalam hal kecerdasan tetapi tidak diberi taufik berupa kesucian jiwa…
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu telah menjelaskan sifat-sifat hati para sahabat -yang digelari sebagai generasi terbaik umat ini- sebagai orang-orang yang paling dalam ilmunya dan paling bersih hatinya. Hal ini mengisyaratkan bahwa ilmu yang bermanfaat -sebagaimana diterangkan oleh Hasan al-Bashri rahimahullah– adalah ilmu yang meresap dan tertanam di dalam hati, bukan sekedar ilmu yang berhenti atau mandek di lisan/retorika.
Perjuangan para pendidik Islam di masa ini bukan hanya seputar bagaimana bisa memahamkan para murid untuk mengenali materi-materi ilmu Islam dari al-Kitab dan as-Sunnah. Akan tetapi mereka juga punya tanggung jawab bagaimana bisa menjaga para murid dari berbagai pengaruh negatif yang merusak hati dan mengotori jiwa manusia. Di sinilah pentingnya tazkiyah/pembersihan jiwa bersama dengan tarbiyah/pendidikan Islam.
Dari sini pula kita bisa memahami mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan dan mencontohkan kepada kita banyak beristighfar dan bertasbih. Sebab buah dari istighfar dan tasbih adalah kesucian jiwa dari berbagai kotoran dosa dan menyingkirkan penghambat ibadah dan pemurnian tauhid kepada Allah. Inilah diantara sebab keunggulan ilmu para ulama salaf/terdahulu di atas ilmu kaum kholaf/belakangan.
Semoga sedikit tulisan ini bermanfaat bagi kami dan segenap pembaca.
Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com
Barakallahu fiiyk