Bismillah.
Salah satu bukti kesempurnaan Islam adalah bahwa ia mengajarkan kepada manusia mengenai kunci untuk mencapai kebaikan di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu kita diajari untuk berdoa kepada Allah meminta kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta supaya dijaga dari azab neraka.
Diantara kunci utama kebaikan dan keselamatan hamba adalah dengan memahami ilmu agama dan petunjuk yang Allah turunkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan niscaya Allah pahamkan padanya agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kebaikan di dunia terwujud dengan iman dan amal salih. Kebaikan yang hanya bisa digapai dengan ilmu yang lurus dan ibadah yang tulus. Sebab inilah tujuan hidup manusia di alam dunia. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56). Hakikat beribadah kepada Allah adalah dengan mentauhidkan-Nya; yaitu menujukan segala bentuk ibadah hanya kepada Allah dan meninggalkan sesembahan selain-Nya.
Kebaikan di akhirat adalah dengan dimasukkan ke dalam surga dan terbebas dari azab neraka. Sementara tauhid kepada Allah merupakan sebab utama masuk surga dan syirik menjadi dosa terbesar yang menghalangi manusia masuk ke dalam surga. Oleh sebab itu para ulama menyatakan bahwa ‘perkara yang paling agung yang diperintahkan Allah adalah tauhid, sedangkan perkara terbesar yang dilarang oleh Allah adalah syirik’. Allah berfirman (yang artinya), “Dan beribadahlah kepada Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (an-Nisaa’ : 36)
Inilah petunjuk dari Allah yang wajib kita ikuti. Karena dengan mengabaikan petunjuk dan pedoman ini manusia akan hanyut dalam kesesatan dan terlempar dalam kehancuran. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123). Petunjuk Allah bukan saja al-Qur’an tetapi juga mencakup as-Sunnah atau hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab beliau adalah utusan Allah bagi segenap manusia.
Kebaikan yang ditawarkan oleh Islam adalah kebaikan yang hakiki dan kemuliaan sejati. Bukan fatamorgana atau kesenangan semu yang justru menyeret pemiliknya ke dalam neraka. Kebaikan yang ditunjukkan oleh Islam bukanlah kepalsuan atau kebohongan yang dipoles dengan propaganda. Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau perempuan dalam keadaan beriman maka benar-benar Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sungguh Kami akan memberikan balasan kepada mereka dengan pahala yang jauh lebih baik daripada apa-apa yang telah mereka amalkan.” (an-Nahl : 97)
Kenikmatan di surga adalah kebahagiaan terindah yang belum pernah dirasakan oleh manusia. Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman (yang artinya), “Aku telah mempersiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang salih -kenikmatan di surga- sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan belum pernah terbersit dalam hati manusia.” (HR. Bukhari)
Dari sinilah kita mengetahui bahwa bagi seorang mukmin segala bentuk kepenatan dan kesusahan di dunia -baik dalam bentuk rasa sakit, capek, kekurangan harta, atau hambatan di tengah medan dakwah – adalah sebuah sunnatullah dan warna-warni kehidupan dunia yang fana; yang apabila dihadapi dengan bekal iman dan takwa maka segala kerepotan itu akan berbuah pahala dan berakhir di surga.
Sebagian ulama terdahulu berkata, “Betapa beruntung orang yang sering mengingat saat-saat datangnya kematian. Tidaklah seorang memperbanyak mengingat maut kecuali akan tampak pengaruhnya di dalam amalnya.” Cukuplah kematian sebagai pemberi nasihat… Betapa banyak orang yang badannya sehat lalu tiba-tiba meninggal tanpa didahului oleh penyakit, dan betapa banyak orang yang menderita penyakit tetapi masih diberi umur panjang…
Seorang muslim tidaklah terlahir di muka bumi ini melainkan untuk menjadi pejuang kebaikan bagi diri dan masyarakatnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang muslim adalah yang membuat kaum muslimin yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr : 1-3). Dengan ilmu dan amal seorang memperbaiki dirinya sendiri, dan dengan dakwah dan sabar ia ikut serta dalam upaya untuk memperbaiki masyarakatnya.
Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com
0 Komentar