AqidahBelajar Jarak JauhTafsir

Faidah Tafsir al-Fatihah [bagian 3]

Materi :

– Faidah Huruf Ba’

– Sejenak Bersama ‘Alhamdulillah’

– Allah Rabb seluruh Alam

Faidah Huruf Ba’

Bismillah.

Setiap hari kita membaca surat al-Fatihah. Dan setiap hari pun kita membaca bacaan basmalah; yaitu kalimat ‘bismillahirrahmanirrahiim’. Di dalam kalimat ini terkandung faidah-faidah yang sangat agung, diantaranya adalah faidah dari huruf ba’.

Para ulama menjelaskan, bahwa huruf ba’ dalam kalimat ‘bismillah’ bisa bermakna isti’anah -dengan meminta bantuan/pertolongan- atau bisa juga bermakna ‘mushahabah’ -dengan disertai atau menyertakan-. Imam Abu Syamah al-Maqdisi rahimahullah (wafat 665 H) menerangkan bahwa para ulama menafsirkan huruf ba’ -dalam basmalah- dengan dua penafsiran. Sebagian mengatakan bahwa huruf ba’ di sini bermakna isti’anah, sedangkan sebagian yang lain menafsirkan bahwa huruf ba’ di sini bermakna mushahabah (lihat Kitab al-Basmalah, hal. 561-562).

Contoh bunyi kalimat dengan huruf ba’ yang bermakna isti’anah adalah ‘katabtu bil qalami’ artinya ‘aku menulis dengan bantuan pena’. Adapun contoh kalimat dengan huruf ba’ yang bermakna mushahabah adalah bi’tukal faras bisarajihi’ artinya ‘aku menjual kepadamu kuda ini bersama dengan pelananya’ (lihat al-Muyassar fi ‘Ilmi an-Nahwi Jilid 2, hal. 98)

Imam asy-Syaukani rahimahullah (wafat 1250 H) di dalam tafsirnya menerangkan, bahwa huruf ba’ dalam kalimat basmalah bermakna isti’anah/permintaan bantuan dan pertolongan atau bermakna mushahabah/kebersamaan. Beliau juga menyebutkan bahwa penafsiran yang kedua -bahwa ba’ bermakna mushahabah- dipilih dan dikuatkan oleh az-Zamakhsyari (lihat Fat-hul Qadir, hal. 15).

Pendapat kedua ini juga dipilih oleh Syaikh Abdullah bin Ibrahim al-Qar’awi hafizhahullah (lihat kitab beliau yang berjudul Tafsir Surah al-Fatihah, hal. 6). Pendapat ini juga yang tampaknya dikuatkan oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah (wafat 1285 H) dalam kitabnya Fat-hul Majid bi Syarhi Kitab at-Tauhid (hal. 10 cet. Dar al-Hadits Kairo)

Adapun pendapat yang dipilih oleh Dr. Sulaiman bin Ibrahim al-Lahim bahwa huruf ba’ di sini bermakna isti’anah (lihat kitab beliau yang berjudul al-Lubab fi Tafsiril Isti’adzah wal Basmalah wa Fatihatil Kitab, hal. 88). Demikian pula tafsiran dari Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah bahwa makna ucapan basmalah adalah ‘memohon pertolongan dan bantuan/beristi’anah dengan menyebut nama Allah’. Sehingga kalimat ini diucapkan dalam rangka memohon bantuan kepada Allah dan mencari berkah dengan menyebut nama-Nya (lihat Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah, hal. 12)

Senada dengan hal itu penafsiran dari Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah bahwasanya makna ucapan basmalah itu adalah ‘aku membaca dengan seraya memohon pertolongan dan bantuan serta mencari keberkahan dengan menyebut nama Allah…’ (lihat Tafsir Surah al-Fatihah, hal. 22). Tafsiran serupa juga disampaikan oleh Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah dalam penjelasannya terhadap risalah Durus Muhimmah karya Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah (lihat Syarh ad-Durus al-Muhimmah, hal. 12)

Oleh sebab itu salah satu faidah penting dari huruf ba’ dalam kalimat basmalah ini adalah dalam rangka mencari berkah dengan berdzikir menyebut nama Allah. Makna kalimat ini adalah ‘saya memulai dengan menyebut nama Allah sebelum ucapan yang ingin saya katakan atau sebelum perbuatan yang hendak saya lakukan’. Sehingga di dalamnya terkandung faidah mencari keberkahan dari Allah dan memohon pertolongan kepada-Nya. Demikian ini pula makna penjelasan yang disampaikan oleh Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya (lihat at-Tabarruk Anwa’uhu wa Ahkamuhu, karya Dr. Nashir al-Judai’ hal. 205-206)

Sejenak Bersama ‘Alhamdulillah’

Ucapan alhamdulillah selalu kita dengar dan bahkan kita baca. Setiap kali di dalam sholat minimal 17 kali dalam sehari semalam kita membacanya. Setiap kali seusai sholat kita pun dianjurkan membaca ‘alhamdulillah’ dalam dzikir setelah sholat sebanyak 33 kali. Bahkan setiap bangun tidur pun kita dianjurkan berdoa ‘alhamdulillahilladzi ahyaanaa’ dst.

Memang ucapan ‘alhamdulillah’ bukan sekedar kumpulan huruf tanpa makna. Ia merupakan kalimat yang sangat agung. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bersuci adalah separuh keimanan, dan alhamdulillah memenuhi timbangan…” (HR. Muslim)

Ucapan ‘alhamdulillah’ menunjukkan kesempurnaan Allah; yaitu kesempurnaan pada sifat-sifat-Nya dan kesempurnaan nikmat yang diberikan oleh-Nya kepada segenap hamba. Karena ucapan alhamdu (segala puji; pujian yang mutlak) tidak layak diberikan kecuali kepada Dzat yang sempurna sifat dan perbuatannya (lihat Ahkam minal Qur’anil Karim, 1/22 oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah)

Yang dimaksud dengan ‘alhamdu’ itu adalah pemberian sifat kepada yang dipuji dengan kesempurnaan yang disertai dengan kecintaan dan pengagungan. Allah terpuji karena kesempurnaan sifat-sifat-Nya seperti Maha hidup, Maha kuasa, dsb. Selain itu Allah juga terpuji karena kesempurnaan ihsan dan kebaikan yang Allah curahkan kepada segenap makhluk. Oleh sebab itu disyari’atkan apabila seorang insan makan atau minum untuk mengucapkan ‘alhamdulillah’. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah benar-benar ridha kepada seorang hamba ketika dia makan lalu dia memuji-Nya atas hal itu, dan meminum suatu minuman lantas dia pun memuji-Nya atas hal itu.” (HR. Muslim) (lihat Tafsir Surah al-Fatihah, hal. 30-34 oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah)

Hanya Allah yang layak menerima pujian yang sempurna (alhamdu). Oleh sebab itu apabila menjumpai sesuatu yang menggembirakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan ‘alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmush shaalihaat’ artinya ‘segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan bisa terlaksana’ dan apabila mengalami sesuatu yang kurang menyenangkan beliau mengatakan ‘alhamdulillahi ‘ala kulli haal’ artinya ‘segala puji bagi Allah dalam keadaan apapun’ (HR. Ibnu Majah) (lihat Tafsir Surah al-Fatihah, hal. 35)

Oleh sebab itu kalimat ‘alhamdulillah’ mengandung pujian kepada Allah atas kesempurnaan sifat-sifat-Nya dan ungkapan syukur kepada Allah atas segala nikmat dari-Nya (lihat Tafsir Imam al-Baghawi rahimahullah yang dikenal dengan nama Ma’alim at-Tanzil, hal. 9)

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma mengatakan bahwa ‘alhamdulillah’ adalah kalimat yang diucapkan oleh setiap orang yang bersyukur (lihat Tafsir Imam Ibnu Katsir rahimahullah yang dikenal dengan nama Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 1/128)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan menyebut ‘alhamdulillah’ sebagai doa yang paling utama. Beliau bersabda, “Seutama-utama dzikir adalah laa ilaha illallah, sedangkan seutama-utama doa adalah alhamdulillah.” (HR. Tirmidzi, beliau berkata hasan gharib)

Allah Rabb seluruh Alam

Di dalam surat al-Fatihah kita selalu membaca ayat yang berbunyi alhamdulillahi Rabbil ‘alamin yang artinya ‘Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam’. Mungkin kita sudah hafal di luar kepala dan paham artinya. Tetapi betapa aneh ketika kita ternyata banyak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan apa yang telah kita baca setiap harinya. Sebab apabila kita teliti lebih dalam ternyata ucapan alhamdulillahi Rabbil ‘alamin menyimpan begitu banyak pelajaran berharga.

Pertama, di dalam alhamdulillah terkandung sebuah pilar ibadah yang sangat agung yaitu kecintaan. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa ibadah kepada Allah bukanlah semata-mata gerakan lisan atau anggota badan tanpa makna. Bahkan ibadah itu haruslah berangkat dari dalam hati, dan kecintaan merupakan salah satu pilar ibadah hati yang paling utama. Di dalam al-Qur’an, Allah telah menyebutkan sifat-sifat orang beriman, dan diantaranya adalah mereka lebih dalam cintanya kepada Allah daripada kecintaan kaum musyrikin kepada sesembahan-sesembahan mereka.

Dari mana ucapan ‘alhamdulillah’ bisa menunjukkan kecintaan. Para ulama kita menjelaskan bahwa ucapan alhamdu bermakna pujian yang disertai dengan rasa cinta dan pengagungan. Tidaklah suatu pujian disebut sebagai alhamdu kecuali jika dilandasi rasa cinta. Inilah keunikan dan keindahan bahasa al-Qur’an yaitu bahasa arab. Hal ini mengisyaratkan kepada kita untuk benar-benar memahami setiap ayat yang wajib kita baca setiap harinya. Jangan sampai kita seperti kaum munafik yang mengucapkan dengan lisannya apa-apa yang tidak ada di dalam hatinya.

Kedua, di dalam alhamdulillah telah terkandung penetapan kesempurnaan Allah dari segala sisi. Karena ucapan alhamdulillah bermakna segala puji atau pujian yang mutlak hanya layak diberikan untuk Allah. Allah terpuji dari segala sisi. Allah terpuji karena berbagai kesempurnaan yang ada pada-Nya, baik kesempurnaan Dzat, nama-nama, sifat-sifat, perbuatan, dan juga kesempurnaan nikmat yang Allah curahkan kepada hamba-hamba-Nya. Sebab tidak ada satu pun nikmat melainkan itu adalah bersumber dari-Nya. Di tangan-Nya lah segala kebaikan.

Ketiga, di dalam alhamdulillah juga tersimpan penetapan tauhid uluhiyah; yaitu kewajiban mengesakan Allah dalam beribadah. Sebab kata ‘Allah’ dalam ungkapan alhamdulillah menunjukkan makna bahwa Allah lah al-Ilah al-Haq yaitu sesembahan yang benar dan selain-Nya adalah sesembahan yang batil. Sebab dalam bahasa arab kata ‘Allah’ berasal dari kata ‘Ilah’ yang maknanya adalah ‘sesembahan’. Sehingga makna dari nama Allah itu sendiri adalah al-Ma’bud/sesembahan. Maka tiada sesembahan yang benar kecuali Allah; inilah yang kita kenal dengan istilah tauhid uluhiyah. Konsekuensinya segala bentuk ibadah tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah semata. Inilah hakikat dari kalimat tauhid laa ilaha illallah.

Keempat, di dalam ‘Rabbil ‘alamin’ terkandung penetapan tauhid rububiyah, bahwa Allah lah Rabb yaitu yang mencipta, mengatur dan menguasai alam semesta ini. Pengakuan terhadap hal ini telah menjadi fitrah dan naluri yang tertanam dalam hati manusia. Bahkan kaum musyrikin sekali pun telah meyakininya. Konsekuensi dari pengakuan ini adalah ketundukan secara penuh kepada Allah akan hukum dan perintah-Nya, dan perintah yang paling agung adalah mengesakan Allah dalam beribadah. Oleh sebab itu Allah berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian…” (al-Baqarah : 21)

Kelima, di dalam ‘Rabbil ‘alamin’ terdapat penegasan bahwa seluruh alam adalah makhluk ciptaan Allah yang butuh kepada Allah. Tidak ada yang bisa melepaskan diri dari kekuasaan dan pertolongan-Nya. Oleh sebab itu wajib beriman kepada takdir dan iradah/kehendak-Nya yang meliputi seluruh makhluk. Segala yang Allah kehendaki -secara kauni- pasti terjadi dan segala yang tidak Allah kehendaki juga tidak akan terjadi. Inilah yang disebut dengan istilah irodah kauniyah. Dan semua yang Allah kehendaki terjadi ini pasti mengandung hikmah. Tidak mungkin Allah menghendaki sesuatu terjadi tanpa hikmah, Maha suci Allah dari kesia-siaan.

Keenam, di dalam ‘Rabbil ‘alamin’ juga terdapat pelajaran bahwa setiap muslim -bahkan setiap insan- harus tunduk kepada hukum dan syari’at Allah. Sebab Allah lah yang telah menciptakan alam ini, yang memeliharanya dan menguasainya. Tidak ada yang lebih mengetahui kemaslahatan hamba kecuali Allah semata. Oleh sebab itu Allah lah sebaik-baik hakim, tidak ada hukum yang lebih baik selain hukum-Nya, dan tidak ada aturan yang lebih adil daripada aturan-aturan-Nya.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah pantas bagi seorang lelaki beriman atau perempuan beriman apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara kemudian masih ada bagi mereka pilihan lain dalam urusan mereka…” (al-Ahzab : 36)

Kesimpulan dan Faidah :

– Di dalam kalimat basmalah terkandung permohonan pertolongan kepada Allah

– Memulai dengan basmalah akan mendatangkan keberkahan

– Doa yang paling utama adalah ucapan alhamdulillah

– Di dalam hamdalah terkandung pujian kepada Allah

– Di dalam hamdalah terkandung pengakuan terhadap nikmat Allah

– Alhamdulillah adalah kalimat untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah

– Di dalam hamdalah terkandung kecintaan kepada Allah

– Di dalam hamdalah terkandung pengagungan kepada Allah

– Di dalam hamdalah terkandung penetapan kesempuranaan Allah dari segala sisi

– Di dalam hamdalah terkandung penetapan tauhid uluhiyah

– Di dalam hamdalah terkandung penetapan tauhid rububiyah

– Di dalam hamdalah terkandung penetapan hukum-hukum Allah

Pertanyaan Evaluasi :

– Sebutkan dua penafsiran huruf ba’ dalam kalimat basmalah!

– Apa fungsi mengawali dengan basmalah?

– Di dalam alhamdu terkandung pilar ibadah yang sangat agung, apakah itu?

– Apa yang dimaksud tauhid uluhiyah?

– Apa yang dimaksud tauhid rububiyah?

– Sebutkan bacaan yang dibaca oleh Nabi ketika mengalami suatu yang kurang disukai!

– Sebutkan bacaan yang dibaca ketika mengalami suatu yang menggembirakan!

– Sebutkan dalil yang menunjukkan wajibnya tunduk kepada hukum Allah!

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *