IlmuPenyucian Jiwa

Dicabutnya Ilmu Agama

Bismillah.

Wafatnya para ulama dan ahli ilmu agama merupakan musibah besar bagi umat manusia. Karena dicabutnya nyawa mereka merupakan pertanda dicabutnya ilmu yang mereka bawa. Oleh sebab itu para ulama selalu memberikan nasihat kepada kita untuk terus bersemangat belajar agama sebelum ilmu itu dicabut dan kebodohan merajalela.

Apabila ilmu telah dicabut dan tidak tersisa lagi orang yang paham agama maka manusia akan mengangkat orang-orang yang bodoh sebagai pemimpin dan panutan mereka; mereka pun ditanya dalam hal agama lalu memberikan fatwa tanpa ilmu; jadilah mereka itu sesat dan menyesatkan. Sebagaimana ini telah diterangkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang sahih.

Saudaraku yang dirahmati Allah, belajar ilmu agama adalah kebutuhan kita semua. Karena dengan ilmu inilah manusia akan mendapatkan petunjuk keselamatan. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123). Semakin jauh seorang dari ilmu agama dan petunjuk Allah maka semakin jauh dia tenggelam dalam kesesatan dan penyimpangan.

Jadi, belajar ilmu agama bukan terbatas bagi anak SD atau anak TPA atau anak Madrasah atau santri pondok pesantren. Bahkan seorang anak harus belajar agar ia bisa berbakti kepada orang tuanya. Seorang bapak pun wajib belajar agama agar bisa mendidik keluarganya di atas keimanan dan takwa. Seorang muslimah pun wajib belajar agama agar dia bisa menjaga kehormatan diri dan kesucian jiwanya. Bahkan para pemimpin umat dan pejabat negara pun wajib belajar agama agar mereka bisa amanah dan jujur dalam mengelola aset negara. Begitu juga para penceramah dan khotib wajib belajar agama agar mereka bisa membimbing masyarakat kepada kebaikan dan hidayah bukan justru menjerumuskan manusia dalam kesesatan dan penyimpangan.

Ilmu adalah konsumsi bagi hati dan akal manusia. Tanpa ilmu manusia akan larut dalam rayuan hawa nafsu dan tenggelam dalam perasaan serta selalu terjebak dalam kungkungan tradisi. Tentu saja yang dimaksudkan di sini bukan terbatas pada ilmu secara akademis atau wawasan yang diukur dengan prestasi sekolah, tetapi ilmu yang membuahkan rasa takut kepada Allah dan ketakwaan kepada-Nya.

Sebagian ulama terdahulu mengatakan, “Sesungguhnya ilmu itu lebih diutamakan di atas amal yang lain karena dengan ilmu itulah manusia bisa menjalankan ketakwaan kepada Allah.” Dengan kata lain, ilmu yang tidak menghasilkan iman, takut kepada Allah, keikhlasan, ketakwaan dan ketundukan kepada ajaran-Nya maka itu bukanlah ilmu yang bermanfaat.

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *